Musa dan Okupasi

Musa hari ini asesmen di Bermain. Alhamdulillah lancar, terapisnya enak banget, jelas dan detail. Hasilnya sama sih kaya pas asesmen di Aluna: kebutuhan gerak Musa tinggi, dan sistem gerak sendinya kurang sensitif. Hal itu bikin Musa kurang fokus, mudah terdistrasi, dan gerakannya sulit terkontrol.

Di Februari dan Maret Musa sudah mulai terapi di Aluna, sayangnya jadwalnya fleksibel, dan yang harusnya seminggu 2 kali jadi paling seminggu sekali karena jadwal di Alunanya padat, harinya pun berganti-ganti.

Nah, sekarang di Bermain sudah dijadwalkan Okupasi Terapi di Senin (11.00) dan Rabu (16.00).

Katanya di 3 bulan pertama perlu seminggu 2 kali, 3 bulan selanjutnya bisa seminggu sekali atau bahkan selesai.

Mudah-mudahan terapinya selesai sebelum kepindahan ke Sumbawa. Aamiiin.

Semangat, Musa sayangku. Ummi sayang Musa (⁠づ⁠。⁠◕⁠‿⁠‿⁠◕⁠。⁠)⁠づ

Jakarta, 12 Mei 2023

Musa yang Berkacamata

Butuh berbulan-bulan hingga aku cukup berlapang dada menuliskan hal ini. Rasanya terlalu sayang jika kenangan ini hanya pudar di ingatan saja.

Yap, sudah 5 bulan terakhir ini Musa menggunakan kacamata sebagai alat bantu agar melihat lebih jelas. Semuanya berawal sekitar November 2021 (saat itu masih PAUD), bu gurunya agak khawatir karena Musa agak suka menyipitkan mata. Namun kami abai, karena ah Musa gak kita kasih HP kok, mungkin cuma iseng aja.

Kemudian di akhir tahun 2022, salah seorang bu guru di kelas mekar menyarankan Musa untuk periksa ke dokter mata, karena di kelas, makin sering menyipitkan mata dan ketika ada sesi presentasi, Musa selalu maju seperti ingin melihat lebih jelas. Akhirnya, aku berpikir, apa iya ya, ah tapi masih denial juga saat itu.

Akhirnya setelah menunda karena satu dan lain hal, pergilah kami ke JEC Kedoya di 12 Januari 2023. Saat itu kami ingin mencari pelayanan terbaik untuk mendapatkan hasil seakurat mungkin. Pemeriksaan pun di mulai, ada beberapa tahap yang aku agak lupa, yang pasti ada tahapan diteteskan cairan ke mata untuk menetralkan pupil. Kami tegang selama menemaninya, sedangkan Musa masih santai bermain di kid zone yang disediakan. Entah tenang, atau ia pandai menyembunyikan kekhawatirannya.

Hasilnya pun keluar. Angka yang sangat membuat kami kaget, lemas, tidak percaya. Masing-masing matanya minus 4.5 dan silinder 2.0! Tidak lama kemudian, masuklah ke ruangan dokter, dokter bilang ini bisa jadi genetik, bawaan lahir. Katanya ukuran bola mata Musa lebih besar dibandingkan ukuran manusia normal pada umumnya. Setelah dicek pun ternyata iya, angkanya sangat jauh di atas persentil. Jadi, dokter menyarankan untuk menggunakan kacamata kecuali saat tidur dan mandi.

Ah, masa sih sebesar itu angkanya. Akhirnya, 14 Januari 2023, kami mencari second opinion ke KMN Eye Care di Simatupang. Tahapan pemeriksaan sama seperti sebelumnya, hanya saja setelah diteteskan cairan ke mata, susternya benar-benar memantau apakah pupilnya sudah melebar atau belum. Kalau sudah lebar baru akan dilakukan pemeriksaan selanjutnya.

Singkatnya, semua pemeriksaan selesai, kami masuk ke ruangan dokter. Dokter terlihat memeriksa lebih detail, hasilnya pun keluar: mata kiri minus 4.75, mata kanan minus 5.0, dan masing-masing silinder 2.0! Berharap hasilnya lebih baik, namun kami mendapati angka yang lebih besar. Di sini kami jadi tahu, ternyata Musa ada mata malas (ambliopia) di kedua matanya. Bisa jadi yang genetik adalah mata malasnya, sehingga mata kesulitan melihat jelas, karena terlambat penanganan jadi ya angka minus bertambah hingga sebesar ini. Wallahu’alam, kami pusing memikirkannya.

Sedih, terkejut, khawatir, merasa bersalah, takut, kecewa, kasihan. Berhari-hari setelah itu hanya emosi negatif yang muncul pada kami orangtuanya. Setiap melihat Musa, rasanya tak kuat untuk menahan tangis. Tak bisa membayangkan bagaimana jika ia harus menggunakan kacamata, apakah akan mengganggu aktivitasnya, ditambah lagi Musa sangat enerjik dan senang bergerak. Apakah kacamata akan menghalangi masa depannya?

Perasaan masih tidak percaya terus saja muncul. Aku termasuk strict dengan urusan screen time, dalam sehari Musa dapat jatah menonton TV hanya 1 jam, paling lama 2 jam jika yang ditontonnya adalah film, bukan video di youtube. Ketika anak-anak lain sudah lekat dengan HP, Musa tidak, boro-boro main games. Makanya, kami terus bertanya-tanya, Ya Allah kok bisa? Padahal, ya tentu saja Allah sangat bisa mengatur segalanya. Kami jadi sadar, manusia hanya bisa berikhtiar, hasil tetaplah ketentuan Allah.

Perasaan bersalah dan menyesal berdesak-desakan keluar. Harusnya lebih sering ngajak main di luar rumah, harusnya lebih sering menyediakan sayur, harusnya dari dulu Musa diperiksakan matanya, harusnya tidak usah terlalu dikenalkan ke buku, harusnya waktu membacanya aku batasi, harusnya… harusnya…

Saat itu mental kami benar-benar down. Aku tidak berani membuka galeri di HP, karena di sana banyak sekali foto-foto Musa yang ceria, membuatku makin sedih dan ingin kembali ke masa lalu. Tidak terbayangkan selama ini penglihatannya seburam itu, Musa tidak mengeluh, tetap semangat, riang, enerjik. Masya Allaah, Allah yang yang menolong dan melindungi Musa.

Namun, kami tak bisa berlarut-larut seperti ini. Semua perasaan kami validasi, dan kami fokus pada solusi. Kacamata yang dipesan datang. 16 Januari 2023, jadi hari pertama Musa menggunakan kacamata. Sebelumnya, ia sudah kami jelaskan hasil pemeriksaan dokter, kondisi matanya yang spesial, dan harus dibantu kacamata. Jadi, ketika kacamata tiba ia sangat excited, “jelas banget, ummi, tapi kaya gempa bumi ya ummi”. Proses adaptasi yang sangat cepat, tidak butuh waktu lama bagi Musa untuk nyaman dengan teman barunya. Sekitar 1-2 bulan pertama kami berikan strap khawatir kacamatanya mudah terjatuh, namun sekarang sudah tidak karena aktivitas bagaimana pun alhamdulillah aman.

Rutinitas wajib setiap harinya sekarang bertambah, main di luar minimal 1 jam, lebih rutin makan sayur dan buah, juga minum vitamin RG-Choline yang diresepkan dokter.  Aktivitas jarak dekat dibatasi dengan metode 20-20-20. Musa yang sangat suka membaca buku harus sering diingatkan untuk memberi jeda pada matanya.

Sejauh ini, kacamata tidak menghambat gerakannya. Musa masih lincah, latihan sepak bola seminggu 2 kali, ikut lomba lari, bersepeda, dan bergumul ketika free play di rumah. 

Kami terus berdoa, memohon mukjizat dari Allah, agar Musa bisa melihat dengan jelas tanpa alat bantu apapun. Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah. 

Aku pun makin ke sini sadar, ketika Allah memberikan jatah 5 panca indera bagi manusia, dan salah satunya lemah, bukan berarti jadi 4, tapi pasti tetap 5 karena Allah melebihkannya di indera yang lain. Masya Allaah, Allah yang Maha Kuasa.

Ya Allah, lindungi Musa, berkahi kehidupannya, kuatkanlah, mudahkanlah jalannya, berikanlah kesehatan penglihatan, badan, pendengaran, semuanya Ya Allah, agar Musa tumbuh sehat dan sempurna, menjadi anak sholeh dan hafidz quran sejak kecil. Bantu kami agar menjadi orang tua yang sabar, kuat, sehat, yang mampu menemani anak-anak dan memenuhi semua kebutuhannya. Aamiin Ya Rabb…

Jakarta, 25 Mei 2023

Awas, Mereka Bersekutu!

Sejak kami tahu kebutuhan gerak Musa tinggi, setiap hari setidaknya 1 jam kami habiskan untuk bermain di luar rumah. Tidak adanya pekarangan depan rumah, ternyata bukan penghalang kalau sudah niat.

Bersepeda, berjalan kaki, menghitung hewan yang ditemui di jalan, mencari jalan baru, ke taman, apa pun itu, yang penting bergerak dan kena sinar matahari.

Yang aku tahu, kebutuhan gerak Sarah tidak setinggi abangnya, energinya tidak sebanyak itu, tapi yang membuat takjub ia bisa mengimbangi dengan baik. Jalan kaki sejauh apapun ia kuat, tidak minta gendong. Menemani abang main bola, kena panas terik hingga hujan angin, ia tahan. Menunggu abang sekolah dan terapi, ia kuat. Tidak rewel sedikit pun.

Kalau ditelusuri, Sarah selalu ada dimanapun abang berada. Pernah suatu Sabtu, ketika jadwal latihan bola tiba, aku tidak ikut mengantar, melainkan Abi. Sarah ditawari untuk tunggu di rumah, tapi tidak mau.

Dibalik Sarah yang senang merebut mainan abang, membubar-jalankan skenario permainan yang telah abang susun, hobi mengisengi abang, dan lainnya. Ternyata ada Sarah yang perhatian, yang menyayangi abang, yang tidak ingin jauh dari abang, yang menjadikan abang sebagai contoh, sekutu yang baik bagi abang.

Akur selamanya anak-anak. Semoga Allah meridhoi kalian. Aamiin.

Iqro, Musa!

Juni 2022, di usia Musa yang sudah 4 tahun 3 bulan, kami memutuskan untuk mulai mengajarkan mengaji dengan bantuan buku iqro. Huruf hijaiyah sendiri sebenarnya sudah mulai dikenalkan dari 2 atau 3 tahun, cuma masih kadang ada yang tertukar-tukar.

Kemampuan membaca tulisan sudah di 70%, jadi saat itu rasanya waktu yang tepat untuk mulai mengaji, dengan harapan Musa sudah bisa membedakan mana yang harus dibaca dari kanan dan mana yang harus dibaca dari kiri. Ya, selama prosesnya alhamdulillah tidak ada kendala dalam orientasi bacaan.

Di Iqro 1 sebenarnya ia tidak membaca full setiap halaman, hanya huruf-huruf yang masih tertukar saja yang pasti dibaca. Iqro 2 barulah semuanya dibaca sambil mematangkan pengenalan huruf juga.

Targetnya sih setiap hari minimal 1 halaman, namun pada praktiknya, ada hari-hari yang skip membaca, ada juga yang bisa 2 halaman karena menemukan materi yang seru. Sepertinya mulai dari Iqro 4 atau 5 deh, Musa sangat bersemangat, karena di sana banyak potongan ayat yang ia kenal. Matanya berbinar setiap membaca ayat yang ia sudah hapal.

Berbulan-bulan berlalu, dengan semangat yang naik turun, alhamdulillah di April 2023 Musa menyelesaikan bacaannya di Iqro 6.

Proses mencarikan Alquran yang cocok untuk Musa juga agak tricky, dari sekian banyak Alquran cetakan baru, ternyata sulit menemukan yang benar-benar cocok dan sesuai standar kami. Kami maunya Alquran yang tidak ada terjemahannya, tanpa huruf latin, ada tajwid dan blok warna, serta ukuran yang sedang. Ketemu juga akhirnya, Alquran ukuran B5 yang polos tanpa tajwid dan blok warna, tapi jelas setiap hurufnya. Musa suka.

Selanjutnya, kami memilih Juz 30 sebagai bacaan di Alquran pertama untuk Musa. Dengan harapan, membaca ayat-ayat yang familiar bisa membuat Musa makin mudah dalam memperlancar bacaan. Yes, it works!

Dengan membaca 7 baris, ternyata jika konsisten dilakukan tiap hari ia bisa juga menyelesaikan Juz 30 dalam waktu sekitar 1,5 bulan.

Alhamdulillah progress membaca makin baik, sekarang pelan-pelan dikenalkan tajwid yang sederhana dulu. Untuk makhorijul huruf terdengar sudah baik dari Iqro kemarin, dan kini masih terus disempurnakan.

Sekarang, pertama kali Musa masuk ke Juz 1. Bismillah, semoga Allah berikan kemudahan bagi Musa dalam mempelajari Alquran, diberikan kecintaan pada Alquran, dan Alquran menjadi hal sehari-hari yang begitu lekat dengan dirinya. Aamiin Ya Rabb…

Jakarta, 7 Juni 2023